Selasa, 23 April 2013

Materi Teknis rope acces


Materi Teknis
Alat Penahan Jatuh Perorangan

alat penahan jatuh perorangan .Telah lahir terminologi baru (setidaknya di Indonesia) dalam dunia K3 pada ketinggian yaitu alat penahan jatuh perorangan yang secara formal pada Permenakertran No. 8 Tahun 2011 Pasal 3 ayat 2 dimasukkan juga sebagai alat pelindung diri (APD).

Kalau sering kita dengar misalnya fullbody harness ditulis sebagai personal protective equipment (PPE) adalah suatu hal yang wajar di dunia internasional, namun tidak demikian halnya di sini karena APD yang dikenal disini adalah seperti yang diuraikan pada pasal 3 ayat 1.

Secara urutan hirarki alat penahan jatuh perorangan hanya boleh digunakan jika alat penahan jatuh kolektif, seperti guard rail atau safety net, tidak dapat atau tidak-efisien digunakan pada suatu kegiatan pada ketinggian sehingga safety officer mengijinkan untuk dilakukan kerja menggunakan alat penahan jatuh perorangan.




Kesesuaian Alat Pelindung Diri Kerja Pada Ketinggian


Kerja pada ketinggian (work at height) adalah bentuk kerja dengan mempunyai potensi bahaya jatuh (dan tentunya ada bahaya-bahaya lainnya). Ketika metode penanganan risiko jatuh hanya bisa dilakukan dengan penggunaan APD, maka berikutnya adalah menentukan kesesuaian APD tersebut pada tingkat risiko yang ada.

Secara garis besar APD untuk melindungi orang dari jatuh ada tiga yaitu:

1. yang mencegah orang untuk mencapai lokasi yang berpotensi utk jatuh (work restraint)

2. yang menahan orang ketika jatuh agar tidak menghantam dasar atau sesuatu (fall arrester)

3. yang mensupport ketika melakukan kerja (work positioning)

Tugas seorang safety manager adalah menentukan kesesuain APD yang digunakan pada kegiatan yang akan dilakukan. Pada banyak proyek konstruksi yang menggunakan scaffold sering kita lihat untuk melindungi pekerja dari jatuh yang seharusnya menggunakan APD penahan jatuh pekerja hanya menggunakan waist belt atau safety belt yang fungsinya adalah untuk mensupport posisi ketika bekerja (work positioning) bukan untuk menahan jatuh.

Pada kasus lain banyak pekerja pada ketinggian yang menggunakan peralatan untuk kegiatan petualangan seperti sit-harness, jelas karakteristik kegiatan petualangan dan kegiatan kerja tidak bisa disamakan. Hal ini tentunya karena latar belakang pekerja sebelumnya ikut mempengaruhi.

Agar dapat mencapai tingkat kesesuaian yang baik, para pengambil keputusan dalam bidang K3 perlu mengenal lebih dalam mengenai peralatan K3 pada ketinggian, termasuk mengenai fungsi dan standar masing-masing peralatan, sikap terbuka terhadap pengetahuan yang telah teruji di tempat lain adalah keharusan. Kita tentunya tidak ingin pekerja yang kita kirim ke suatu tempat dipulangkan oleh pemberi kerja karena ketidaksesuaian peralatan kerja yang akan digunakan yang disebabkan karena ketidakfahaman kita.



Alat Pelindung Diri Kerja Di Ketinggian

Banyak pihak bingung jenis alat pelindung diri (APD) yang wajib dikenakan ketika melakukan kerja di ketinggian menggunakan teknik rope access (teknik lainnya adalah menggunakan gondola dan scapholding). Teknik rope access dipilih lebih karena manfaat secara ekonomi cukup dominan jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan, terutama bagi gedung-gedung modern yang berjarak sangat dekat lalu lintas, atau ketika kegiatan dibawah sangat padat tipical situasi perkotaan modern.

Full body harness adalah APD yang sangat penting. Harness ini akan mengikat badan pekerja ke struktur pengaman sehingga menghindarinya jatuh. Helm, lanyard, sepatu safety, dan kacamata merupakan APD yang wajib dikenakan oleh para pekerja di ketinggian.

Satu set APD tersebut idealnya didedikasikan untuk tiap pekerja, pola ini untuk meningkatkan kepedulian pekerja pada APD. Dengan skema demikian pekerja akan terhindar jatuh dari ketinggian karena kegagalan APD, sepanjang APD dibuat sesuai standard yang sesuai.

Saat ini di pasaran banyak beredar APD dengan berbagai tingkat kualitas, mulai dengan harga ekonomis hingga premium. Yang terpenting diperhatikan ketika akan membeli APD di ketinggian adalah kesesuain APD dengan standard yang dikenal: EN, ANSI, JIS, DIN atau lainnya. Berikutnya adalah komitmen penjual pada APD yang telah kita beli, bagaimana tanggungjawab penjual jika terjadi kegagalan alat, serta bantuan teknis lainnya yang mungkin kita perlukan nantinya? Artinya harga APD jangan dijadikan satu-satunya tolok ukur bagi pengambilan keputusan pembelian.


Standard Peralatan Kerja Di Ketinggian

Banyak peralatan kerja digunakan untuk mempermudah suatu kegiatan kerja dilakukan, kita mengenal tang, kunci pas, kunci shock, helmet, kacamata, dan lain sebagainya. Untuk peralatan kerja yang fungsi utamanya adalah melindungi pekerja yang menggunakannya umumnya disyaratkan harus memenuhi standard teknis tertentu.

Standard teknis peralatan kerja di ketinggian yang dikenal umum adalah standard Eropa dengan label EN, ada juga standard Amerika Serikat dengan label ANSI, selain itu masih ada beberapa standard yang digunakan oleh suatu negara seperti Jepang (JIS).

Bagaimana suatu standard diterapkan? Standard baik itu EN, ANSI atau lainnya pada dasarnya adalah aturan baku yang mengatur spesifikasi suatu alat mulai dari kekuatan, cara penggunaan, pengetesan dan aturan lainnya.

Pada dasarnya semua perusahaan manufaktur boleh mengaku bahwa suatu alat yang diproduksinya telah memenuhi standard tertentu, karena isi dari standard teknis dapat dimiliki dengan mudah. Namun siapa yang menjamin bahwa perusahaan tersebut benar telah menerapkan standard dalam memproduksi alat tersebut. Satu lagi, siapa yang dapat menjamin bahwa semua alat diproduksinya dalam jangka waktu tertentu masih memenuhi suatu standard. Hal ini merupakan masalah komitmen perusahaan pada mutu hasil produk yang saat ini diukur dengan sertifikasi ISO-9000.

Kenapa standard teknis begitu penting? Hal ini lebih untuk memastikan bahwa suatu kegiatan di ketinggian dilakukan dengan benar: orang yang benar, alat yang benar dan prosedur yang benar. Nah alat yang benar ditandai oleh standard teknis yang akurat. Misalnya untuk kerja di ketinggian apa boleh menggunakan sit-harnes yang telah memenuhi standard EN-12277? Harness tersebut tidak tepat digunakan untuk bekerja, karena EN 12277 adalah standard untuk mountaineering harness yaitu harness untuk digunakan pada kegiatan mountaineering.

Apakah semua peralatan yang digunakan harus memenuhi standard teknis tertentu? Sebagai contoh alat pelindung diri (APD) untuk kerja di ketinggian antara lain adalah: pelindung kepala (helm), pengikat tubuh (harness), tali lanyard, waist belt, sepatu, dan sarung tangan. Pada kasus APD ini karena fungsinya yang merupakan aksesori pada kerja di ketinggian maka sarung tangan atau sepatu dapat menggunakan produk yang memenuhi standard safety secara umum.


Tali: Dinamik Atau Statik

Untuk kegiatan di ketinggian dikenal dua jenis tali (rope) yaitu tali dinamik dan tali statik. Secara visual agak sulit bagi orang awam membedakan kedua jenis tali tersebut karena bentuk dan ukurannya seringkali hampir sama.

Tali dinamik mempunyai tingkat kelenturan yang cukup tinggi sekitar 30% jika diberi beban jatuh, sedangkan tali statik hanya sekitar 10% (biasanya disebut dengan kata semi-statis). Fungsi kedua tali berbeda secara signifikan, tali dinamik digunakan untuk menahan pekerja yang melakukan pemanjatan secara leading (merintis) atau untuk safety line pada pekerja di gondola, sehingga jika pekerja terjatuh maka beban pemanjat akan ditahan dan sebagian besar beban jatuh akan diabsorb oleh tali tersebut. Jika tali statik yang digunakan, maka beban jatuh oleh tali akan dikembalikan hampir semuanya ke tubuh pekerja.

Sedangkan tali statik digunakan untuk tali transport misalnya jika pekerja akan naik/turun menggunakan ascender/descender, atau bisa juga digunakan untuk mengangkat beban untuk mencapai ketinggian menggunakan pulleys.

Secara fisik tali dinamik dibedakan dari tali statik melalui pola warna, tali dinamik biasanya mempunyai pola warna yang lebih banyak, sedangkan tali statik mempunyai pola warna yang lebih sedikit. Cara lebih akurat adalah dengan memegangnya dimana tali dinamik lebih lembek jika dipegang-tekan, sedangkan tali statik lebih keras jika dipegang-tekan. Namun perlu diperhatikan bahwa tali dinamis pun bisa menjadi keras jika telah digunakan cukup lama dan tidak dirawat sebagaimana mestinya.

Banyak operator pembersih gedung tinggi menggunakan tali statik sebagai safety line untuk pekerja yang berada di gondola. Hal ini sangat tidak dianjurkan, karena sangat membahayakan pekerja yang akan terkena seratus persen beban jatuh karena tidak diserab oleh tali. Bayangkan jika tali statik digunakan untuk bungy jumping, setelah meloncat keluar landasan maka kaki bungy jumper akan tetap terikat di tali tapi badannya terlepas karena hentakan jatuh sangat besar (bisa lebih dari 15KN), padahal badan manusia rata-rata hanya mampu menahan hentakan sebesar 6kN.

Sebelum kita mengalami kejadian yang tidak diharapkan, segeralah cari tahu apakah tali yang digunakan memang sesuai peruntukannya. Semoga info ini bermanfaat.


Kenapa Harus Full-body Harness?

Pertanyaan itu banyak muncul belakangan ini setelah Pemerintah, melalui SK Dirjen Pembinaan dan Pengawasan Naker No. 45/2008 tentang Pedoman Kerja di Ketinggian menyebutkan bahwa bekerja di ketinggian harus menggunakan full-body harness (EN-361). Padahal banyak aplikasi di lapangan sejak lama selalu menggunakan hanya safety belt berwarna hijau yang telah lama digunakan oleh pekerja memperbaiki jaringan telekomunikasi atau jaringan listrik. Atau sebagian besar pekerja di ketinggian yang memulai karirnya dari pemanjat tebing (baik sebagai atlit atau petualang) lebih nyaman menggunakan seat harness.

Safety belt yang hanya melingkar di pinggang pekerja ternyata dirancang untuk tidak jatuh secara vertikal. Karena jika pekerja terjatuh safety belt langsung membebani tulang belakang pekerja. Kita semua tahu tulang belakang adalah tempat berkumpulnya syaraf-syarat yang mengontrol banyak organ tubuh seperti denyut jantung, paru-paru dan lain-lainnya. Bisa dibayangkan jika tulang belakang menerima hentakan yang sangat besar maka syaraf yang sangat sensitif tersebut akan terganggu, padahal secara visual tidak ada luka sehingga sangat sulit untuk menyatakannya sebagai kecelakaan.

Untuk seat harness yang biasa digunakan pada pamanjat tebing atau pendaki gunung memang dirancang untuk para penggiat ketinggian yang sudah tahu dan faham dengan risiko berkegiatan di ketinggian. Terjatuh dari ketinggian merupakan bagian dari kegiatan di ketinggian, ada kemungkinanan yang sangat besar pemanjat atau pendaki akan jatuh dengan kepala di bawah. Kejadian ini jelas tidak termasuk dalam keahlian yang diperlukan bagi pekerja, karena tugas utama pekerja adalah menyelesaikan pekerjaan.

Nah full body harness memang dirancang untuk menahan tekanan jatuh dengan baik yaitu beban pertama akan diterima oleh kedua pangkal paha yang karena ketebalannya mempunyai daya absorsi yang cukup lalu disebar ke bagian pinggang dan webing yang melingkar dada akan memastikan bahwa pekerja selalu akan jatuh dengan posisi kaki terlebih dahulu dengan kata lain mencegah jatuh dengan kepala terlebih dahulu yang tentunya sangat berbahaya.



0 komentar:

Posting Komentar